Pengalaman Menjadi Anak : Mengenalkan Dunia Pesantren pada Anak
Februari 28, 2018
Tambah Komentar
Faktaanak.com - Dunia pesantren identik dengan nuansa agama yang kental. Ditandai dengan pakaian koko, memakai sarung dan lengkap dengan pecinya. Nampak gemuruh senandung al-Qur’an, mengaji kitab kuning sebagai referensi khasanah keislaman, bahkan saat ini banyak pesantren yang dalam pembelajarannya menekankan penguasaan bahasa asing dalam keseharian dan yang menjadi pokok amanat yang diemban oleh pesantren adalah lembaga yang bukan hanya menjadikan santri (sebutan untuk pelajar di pesantren) berilmu, terlebih pesantren merupakan manifestasi dari pengembangan dan penanaman akhlak.
Sehingga Pendidikan Karakter yang sedang terus digaungkan oleh pemerintah, jauh sebelum itu pesantren sudah lebih berupaya dalam mewujudkannya.
Kisah Anak Pesantren
Saya akan mengisahkan diri saya sendiri. Sudah sejak 7 tahun yang lalu hingga saat tulisan ini ditulis masih bersama dalam dunia pesantren, tentu ada yang jauh lebih lama merasa betah untuk tinggal di pesantren, bahkan bagi yang sudah terjerat cinta pesantren hingga mendapat jodoh baru hendak untuk mukim (tidak tinggal di pesantren) tetapi rasa jalinan kekeluargaan dan persaudaraan di pesantren lebih kental dibanding dengan sekolah formal jika yang saya alami, pesantren sudah seakan menjadi rumah kedua di dunia.
Tentunya bagi yang belum mengenal pesantren memandang akan sedikit tidak percaya dengan yang saya paparkan, begitu tertanam dalam bayang pondok pesantren dalam kehidupan, karena dalam persepsinya pesantren masih dipandang sebagai tempat untuk menitipkan anak nakal, tentunya hal itu sebuah kesalahan besar, anak yang mampu tinggal di pesantren adalah anak yang dipersiapkan untuk mandiri dan lebih mempunyai jiwa sosial yang lebih dibanding dengan anak yang tidak tinggal di pesantren.
Sungguh dalam perjalanan saya untuk sampai bertahan tinggal dipesantren dengan waktu yang cukup lama itu tidak dengan mudah bisa terlewati. Banyak halangan dan rintangan yang harus saya lewati hingga nantinya mencapai kenikmatan tinggal di pesantren.
Anak Pesantren Harus Siap Fisik dan Psikis
Faktanya untuk yang akan tinggal di pesantren bagi anak harus siap secara fisik dan psikis. Siap secara fisik saya maksudkan adalah siap mengikuti rutinitas kegiatan yang lebih padat dibanding dengan anak yang tidak tinggal di pesantren, hingga harus siap menjaga kesehatan agar tetap dalam kondisi prima mengikuti setiap kegiatan pesantren dan merubah kebiasaan yang yang berawal dari dilakukan oleh orang tua harus perlahan dilakukan oleh diri sendiri seperti mencuci pakaian dan sepatu, mensetrika pakaian dan mempersiapkan makanan. Siap secara psikis yang saya maksudkan adalah harus siap beradaptasi dengan lingkungan yang baru, jauh dari dekapan orang tua dan tentunya jangan terlalu larut memikirkan rumah dan kampung halaman.
Sungguh terjadi perbedaan yang sangat signifikan dari manja menjadi lebih mandiri. Dalam hal bersosialisasi juga sangat diuji. Pasalnya dalam kondisi seasrama atau kamar diharuskan untuk bisa berteman dengan karakter yang berbeda beda kita pun dituntut untuk siap mengahadapi berbagai macam karakter tersebut. Contoh sederhana jika kita mempunyai makanan maka sudah sepatutnya ikut membagi makanan itu dengan teman kita, karena dengan itulah disaat kita membutuhkan suatu hal bisa mempermudah dalam meminta bantuan kepada orang lain.
Pesantren bagi Orang Tua
Tidak tinggal dipesantren bagi orang tua tidak menjadi alasan untuk tidak menempatkan anaknya di dunia pesantren. Karena saya sendiri lahir dari orang tua yang dulu tidak pernah merasakan dunia pesantren. Akan tetapi ayah dan ibu saya mempunya tekad untuk memasukan kesemua anaknya untuk tinggal di pesantren. Alhamdulillah kedua saudara saya baik kakak dan adik saya juga bisa nyaman tinggal di dunia pesantren. Tips untuk mewudkan hal itu adalah dengan terlebih dahulu memasukan anak pertama ke pesantren sehingga nantinya adik-adiknya akan ada dorongan untuk mengikuti jejak kakaknya. Selain itu bagi orang tua yang terlewat dan tidak sempat untuk menyuruh anaknya tinggal di pesantren maka bisa dimulai dari anak yang usianya masih kanak-kanak atau remaja.
Kondisi Saat Ini
Di era saat ini, tentunya dengan kecanggihan teknologi yang terus berkembang, kita harus bisa membentengi diri dari pengaruh buruk teknologi, sebaliknya kita juga harus memanfaatkan teknologi ini dengan secaar maksimal. Dunia pesantren saat ini sungguh sudah mengalami perubahan, meski tidak menafikan masih ada pesantren dengan ciri khas salafnya, tetapi muncul juga kondisi pesantren yang modern yang dipelajarinya bukan hanya al-Qur’an dan kitab kuning saja, tapi jauh dari pada itu ikut mengusung pengembangan bahasa dalam pembelajarannya hal ini dimaksudkan agar kesan dulu santri yang hanya identik untuk menjadi kyai, hal ini sudah berubah karena pada dasarnya banyak orang yang berilmu namun tak beretika padahal etika adalah diatas ilmu.
Hingga kita temui bersama disetiap lini profesi saat ini baik seorang ahli hukum, politisi, mentri ataupun profesi yang lainnya yang sebelumnya adalah seorang santri. Jadi tidak dikatan ketinggalan jaman jika tinggal di pesantren dan sekolah malah menjadi nilai tambah dalam memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Demikianlah tulisan Pengalaman Menjadi Anak : Mengenalkan Dunia Pesantren pada Anak yang saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pembaca. Penulis dalam artikel ini adalah Fariz Awaludin Arief. Trimakasih.
Belum ada Komentar untuk "Pengalaman Menjadi Anak : Mengenalkan Dunia Pesantren pada Anak"
Posting Komentar