Permainan Anak Nagari Sebagai Penumbuh Nilai Lokal
Februari 20, 2018
1 Komentar
Faktaanak.com - Game online menjadi permainan yang sangat di gemari banyak orang. Tanpa memandang umur dari anak kecil hingga orang dewasa ketagihan untuk bermain game online. Masih hangat dalam ingatan kita beberapa waktu lalu berita seorang mahasiswa meninggal karena bermain game online.
Dampak Buruk Game Online
Naufal Hanifa Fadlurrahman, 18 tahun asal Desa Terusan, Kecamatan Gedek, Kabupaten Mojokerto tewas saat asyik bermain game online, Jumat (05/8/2016) malam. Naufal tewas sekira pukul 18.30 WIB. Saat itu ia tengah asyik bermain game online di warung internet milik Hari, warga Jalan Mustika, Perum Bumi Sooko Permai, Kabupaten Mojokerto. "Menurut informasi yang saya terima, korban sempat kejang-kejang. Awalnya dikira itu guyonan. Tapi setelah di cek ternyata meninggal dunia," ujar Ketua RT 16, Darmanto kepada Okezone. (www.okezone.com).
Kemudian ada Chen-Rong-yu, lelaki 23 tahun asal Taiwan ini meninggal akibat serangan jantung yang diakibatkan kelelahan saat bermain game online. Ia bermain game selama 23 jam. Namun, orang-orang disekitarnya tidak menyadari jika pemuda tersebut telah meninggal, ia sudah Sembilan jam menjadi mayat sebelum ditemukan meninggal dunia.
Game Online Adalah Permainan Berbahaya
Tak hanya menghibur dan menyenangkan, ketagihan game online juga berbahaya. Game online membuat orang menjadi anti sosial, karena mereka hanya sibuk di dunia virtual. Mereka jarang berinteraksi dengan masyarakat dan akhirnya menjadi pribadi yang individualis dan tidak mau bergaul dengan masyarakat. Game atau permainan memang suatu kebutuhan bagi manusia, karena manusia juga membutuhkan hiburan untuk kesenangan dirinya. Akan tetapi pengaruh globalisasi membuat kita lupa bahwa ada permainan yang menghibur, mendidik dan memiliki nilai-nilai lokal serta jauh dari resiko yang membahayakan terutama bagi anak-anak. Permainan Anak Nagari contohnya, merupakan permainan yang menghibur dan mendidik serta penuh dengan nilai-nilai lokal tetapi terlupakan karena pengaruh globalisasi.
Permainan Anak Kecil Tahun 90-an
Ketika saya kecil ataupun bagi anda yang hidup di tahun 90-an terutama orang Minang tentunya kenal dengan beberapa Permainan ini seperti Sipak Rago, Main Congkak, Tumbuak Lasuang, Mariam Batuang, Gasiang, Main Layang-Layang, Main Bakiak, Petak Umpat, Cak Burnas, Main Kelereng, Main Kajai, Sepak Tekong, Main Galah, Engrang, dan masih banyak lagi. Permainan Anak Nagari ini sarat akan filosofi hidup, ragam pesan, ajaran budi pekerti, moral dan perilaku. Permainan ini mengajarkan kepada kita mengenai ketangkasan, kekuatan fisik, kecerdasan dan kecerdikan, kecepatan dan ketepatan, konsentrasi, kreatifitas dan imajinasi, keberanian, kepemimpinan dan tanggungjawab.
Sipak Rago. Permainan Sipak Rago tidak beda jauh dengan olahraga takraw. Sipak Rago lebih diperuntukkan bagi anak laki-laki Minang. Awalnya anak-anak secara bersama-sama mencari rotan kehutan. Mereka bergotong-royong dan saling bahu-membahu mencari rotan dengan peralatan masing-masing, seperti parang, keranjang, dan sebagainya. Setelah dapat, kemudian rotan dibersihkan dan diolah hingga didapat kulit rotan yang baik. Kulit rotan olahan kemudian secara bersama-sama dianyam dengan rapi dan halus hingga berbentuk bola. Cara permainan Sipak Rago juga tidak jauh beda dengan bola takraw. Bola rotan dimainkan dengan disepak menggunakan kaki dan berusaha bola melambung keatas dan tidak boleh jatuh menyentuh tanah. Bola dikontrol dengan kaki dan tidak boleh mengenai tangan. Setelah itu memberikan operan kearah pemain lainnya. Sedangkan dalam Sipak Rago pemain boleh berjumlah lebih dari 6 orang dengan semua posisi pemain melingkar. Biasanya anak-anak Minang memainkannya selepas sholat ashar sampai azan maghrib berkumandang, setelah itu baru mereka ke surau untuk pergi mengaji.
Mempelajari Nilai-nilai Lokal dari Permainan
Implementasi nilai-nilai lokal yang dapat kita ambil dari permainan Sipak Rago adalah semangat kegotong-royongan dan kerja sama dalam mencapai tujuan bersama itu sangat diperlukan. Anak-anak bisa belajar ketelitian dan kecermatan ketika mereka mengolah rotan menjadi bola. Mereka juga belajar ketangkasan dan sportifitas ketika bermain Sipak Rago, karena nantinya dalam permainan ini ada pihak yang kalah dan ayang menang. Kemudian Sipak Rago juga mengajarkan kesabaran kepada anak-anak ketika mereka mengontrol bola dengan kakinya agar bola tersebut tidak jatuh ke tanah.
Main Congkak/Congklak. Permainan Congkak dimainkan oleh dua orang. Mayoritas pemainnya adalah anak-anak perempuan Minang, karena permainan ini tidak memerlukan tenaga yang besar, dan anak laki-laki pun boleh untuk memainkannya. Congkak terbuat dari kayu dengan panjang minimal setengah meter. Bentuknya pun hampir mirip perahu. Congkak memiliki 16 lubang. Dua lubang besar sebagai lubang induk yang terdapat pada kedua ujungnya. Kemudian setiap deret berjumlah 7 buah lubang kecil. Pada setiap lubang kecil tersebut di isi dengan kerang atau kerikil sebanyak 7 buah.
Cara bermainnya adalah dengan mengambil kerikil yang ada di lubang bagian sisi milik kita kemudian mengisi kerikil tersebut satu persatu ke lubang yang di lalui termasuk lubang induk milik kita, kecuali lubang induk milik lawan. Jika kerikil terakhir jatuh di lubang yang berisi kerikil, maka kerikil tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang selanjutnya. Begitu seterusnya sampai kerikil terakhir jatuh ke lubang yang kosong. Jika kerikil terakhir tadi jatuh pada lubang yang kosong maka giliran pemain lawan yang melakukan permainan. Permainan ini berakhir jika kerikil yang terdapat di lubang yang kecil telah habis dikumpulkan. Pemenangnya adalah anak yang paling banyak mengumpulkan kerikil ke lubang induk miliknya.
Nilai-nilai lokal yang dapat diambil dari permainan Congkak ini adalah melatih konsentrasi pada anak karena mereka harus teliti menghitung kerikil yang masuk ke dalam lubang. Kemudian Congkak mengajarkan sportifitas dan melatih kemampuan anak dalam mengatur strategi agar kerikil tidak jatuh ke lubang yang kosong. Kemudian Congkak bisa menjadi sarana belajar berhitung bagi anak. Dan penting membuat anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya.
Permainan Nagari Tergantikan oleh Teknologi Modern
Fakta dan kenyataan hari ini, Permainan Anak Nagari yang membangun jiwa, mengajarkan sikap mental positif, mendidik dan mengajarkan nilai-nilai lokal tergantikan oleh permainan teknologi modern. Anak-anak lebih senang menghabiskan waktunya sepanjang hari di depan monitor komputer yang tersambung dengan internet, bahkan kebanyakan orang tua hanya diam melihat anak-anak mereka yang sedang asyik bermain game online. Entah zat apa lagi yang terkandung di dalam game online tersebut, tapi nyatanya banyak sekali anak-anak yang lupa diri karena terlalu asyik bermain game. Mereka lupa makan, lupa tidur, dan apatis terhadap lingkungan sekitarnya. Maka wajar saja anak-anak ini rentan terkena penyakit berbahaya dan tidak bisa berinteraksi dengan masyarakat umum nantinya.
Mempertahankan Eksistensi Permainan Anak Nagari
Saya menyarankan kepada pemerintah, terutama Pemerintah Daerah untuk mengsosialisasikan kembali Permainan Anak Nagari ini demi menumbuhkan nilai-nilai lokal yang nantinya bisa di implementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sosialisasi ini bisa dimulai di sekolah-sekolah sebagai sarana pendidikan. Sesuai juga dengan cita-cita pemerintah untuk mewujudkan generasi emas Indonesia. Generasi emas ini tak akan tercapai hanya dengan kemampuan akedemik tanpa diiringi oleh sikap dan tingkah laku yang baik dari generasinya. Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi yang bisa dimulai oleh organisasi kepemudaan di kampung masing-masing. Kemudian Orang tua juga harus bisa membatasi anak-anaknya dalam menggunakan teknologi dan memilah mana yang baik untuk anaknya, seperti memberlakukan jam untuk anak bermain game.
Permainan Anak Nagari juga menjadi suatu cara untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai lokal masyarakat Minang yang dulunya terkenal dengan adat dan tradisinya. Dan terpenting membuat anak bisa berinteraksi dengan lingkungannya agar tidak menjadi pribadi yang individualis. Karena di pundak merekalah harapan bangsa kedepannya, jangan sampai bangsa ini hancur gara-gara generasi penerusnya yang terpengaruh glamornya kemajuan zaman.
Demikianlah tulisan Permainan Anak Nagari Sebagai Penumbuh Nilai Lokal yang saya buat, mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi para pembaca. Penulis dalam artikel ini adalah Niko Reinda. Trimakasih.
Terima kasih dan semoga bermanfaat 😊
BalasHapus