Faktor Penyebab Terbentuknya Karakter Anak
Juni 01, 2018
Tambah Komentar
Sedikit cerita tentang masa kecil yang sangat kurindukan. Mengenang ketika dimanja tanpa alasan, mencari perhatian dengan tingkah menggemaskan, menangis meraung-raung ketika bolos mengaji, hujan-hujanan sepulang sekolah, masak-masak ala anak SD, bermain sepeda sesuka hati, pun sampai dibentak orang tua karena kelewat batas nakalku. Semua indah untuk dikenang, bagiku. Entah banyak pengalaman bahagia atau menyedihkan, sudah tentu jadi masa yang berkesan.
Memaknai kehidupan semasa kecil, setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda. Cara pandang ini bisa diperoleh dari pengalaman mereka ketika hidup, pendidikan moral, dan psikologi anak yang didapatkan ketika kecil.
Memaknai kehidupan semasa kecil, setiap orang mempunyai cara pandang yang berbeda. Cara pandang ini bisa diperoleh dari pengalaman mereka ketika hidup, pendidikan moral, dan psikologi anak yang didapatkan ketika kecil.
Untuk mengetahui bagaimana cara pandang seseorang semasa kecilnya, saya tertarik untuk menulis bagaimana pengaruh pola asuh yang diberikan kepada anak usia dini sehingga mempengaruhi cara pandangnya ketika dia dewasa, yang saya sajikan dalam tulisan dibawah :
Perkembangan Anak Usia Dini
Sering bukan kita mendengar istilah “Golden Age” dalam pendidikan anak?. Yang katanya, perlu dan wajib bagi orang tua untuk mengetahui masa ini dalam perkembangan dunia anak. Karena selain masa - masa dia menyerap informasi yang pertama kalinya, golden age juga diyakini merupakan awal dari proses pembentukan karakter dalam diri anak. Lalu apa sih yang dimaksud dengan Golden Age?. Golden age atau yang sering juga disebut sebagai fase emas merupakan masa tumbuh kembang anak pada rentang usia 0-5 tahun. Walaupun ada juga pendapat yang mengatakan bahwa usia Golden Age adalah 0-8 tahun.
Lalu benarkah masa ini yang jadi penentu terbentuknya karakter seseorang?
Pada masa Golden Age, otak anak mengalami perkembangan yang cepat dalam masa pertumbuhannya. Informasi yang diterima akan diserap, baik itu informasi yang bersifat baik maupun buruk. Jika pada masa ini anak mendapatkan rangsangan yang tepat, maka otak anak akan bekerja secara maksimal.
Kemudian kinerja anak akan berkembang 80% ketika usia anak mencapai 8 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, perlakuan yang dilihat dan diajarkan pada anak akan dipraktikkan. Pola asuh yang tepat dengan kasih sayang orang sekelilingnya dapat membentuk anak menjadi pribadi yang lembut dan penuh kasih sayang. Anak yang sering dilarang, dibatasi, dan diperingatkan dengan cara dibentak atau dengan kekerasan fisik akan membentuk dia menjadi pribadi yang membangkang, pendiam, dan pendendam.
Kemudian kinerja anak akan berkembang 80% ketika usia anak mencapai 8 tahun. Dalam rentang waktu tersebut, perlakuan yang dilihat dan diajarkan pada anak akan dipraktikkan. Pola asuh yang tepat dengan kasih sayang orang sekelilingnya dapat membentuk anak menjadi pribadi yang lembut dan penuh kasih sayang. Anak yang sering dilarang, dibatasi, dan diperingatkan dengan cara dibentak atau dengan kekerasan fisik akan membentuk dia menjadi pribadi yang membangkang, pendiam, dan pendendam.
Dan otak akan berkembang 100% ketika usianya mencapai 18 tahun. Kinerja anak mencapai tahap maksimal, dia sudah bisa membedakan baik buruk, salah benar. Namun psikologi dan perilaku anak sesuai kebiasaan yang dia lakukan semasa kecil.
Hal inilah yang menjadi dasar terbentuknya karakter, kepribadian, serta kemampuan kognitif (kemampuan intelektual, berkaitan dengan berfikir) anak. Sehingga hal ini menjadi dasar bagaimana seseorang berperilaku, menghadapi tantangan dalam hidupnya, kemampuan kognitif dan sosialnya. Untuk itu, orang tua hendaknya memberikan pendidikan usia dini sebaik mungkin. Pola asuh harus diberikan secara tepat. Karena masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan masa berikutnya hingga masa dewasa.
Inilah Pengalaman dari Beberapa Responden Mengenai Masa Kecil
Berbicara tentang masa kecil, sebagian orang memandang bahwa masa kecil adalah masa-masa yang sangat membahagiakan, penuh kenangan, belum mengenal beban, berlaku apa adanya karena belum mengenal benar dan salah.
Dari survey yang saya lakukan kepada 20 orang, 16 diantaranya yang dapat memberikan informasi bagaimana masa kecilnya. Lebih dari 65% mereka mengaku sangat merindukan masa kecilnya, bahkan ingin rasanya megulangi masa-masa itu.
Dari survey yang saya lakukan kepada 20 orang, 16 diantaranya yang dapat memberikan informasi bagaimana masa kecilnya. Lebih dari 65% mereka mengaku sangat merindukan masa kecilnya, bahkan ingin rasanya megulangi masa-masa itu.
Tanggapan paling besar yang saya dapatkan dari survey tersebut, mencapai 62,5 % mereka mengaku bahagia. Walaupun diantaranya, yaitu sebesar 18,75 % mengaku masa kecil adalah masa-masa yang kurang berkesan, biasa saja. Dan sisanya lagi sebesar 18,75% mengaku masa kecil mereka adalah masa-masa yang menyedihkan.
Seperti yang saya kutip dari salah satu responden ketika saya tanya “bagaimana masa kecil anda?”. Muslimah cantik satu ini, sebut saja namanya Gigi adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di Surabaya. Dia menjawab “Masa kecil ya... Masa kecilku menyedihkan. Jadi aku lebih milih masa sekarang. Keluargaku yang kurang mendukung dalam perkembangan masa kecilku ini”.
Seperti yang saya kutip dari salah satu responden ketika saya tanya “bagaimana masa kecil anda?”. Muslimah cantik satu ini, sebut saja namanya Gigi adalah seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di Surabaya. Dia menjawab “Masa kecil ya... Masa kecilku menyedihkan. Jadi aku lebih milih masa sekarang. Keluargaku yang kurang mendukung dalam perkembangan masa kecilku ini”.
Seperti itu katanya, sehingga dia merasa ada suatu masa penting yang terlewat dan seandainya waktu bisa diulang dia pun lebih memilih masa sekarang. Seolah ada penyesalan yang dialaminya ketika kecil, sehingga mempengaruhi pola pikirnya, kenangan menyedihkan yang akan terus diingat. Dalam hal ini, jika anak mendapatkan pola asuh dan lingkungan berkembang yang kurang tepat, seperti yang saya katakan diawal tadi, hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Kinerja otak kurang maksimal. Kecuali jika sang anak sendiri bisa merubah pola pikirnya ketika dewasa dan menjadikan pengalaman menyedihkan itu sebagai motivasi untuk berbuat yang lebih baik. Tapi untuk kehidupan anak semasa kecil, tentu tidak baik jika anak kurang mendapatkan perhatian. Dia akan berkembang menjadi anak yang tertekan dan pendiam terhadap masalah.
Kinerja otak kurang maksimal. Kecuali jika sang anak sendiri bisa merubah pola pikirnya ketika dewasa dan menjadikan pengalaman menyedihkan itu sebagai motivasi untuk berbuat yang lebih baik. Tapi untuk kehidupan anak semasa kecil, tentu tidak baik jika anak kurang mendapatkan perhatian. Dia akan berkembang menjadi anak yang tertekan dan pendiam terhadap masalah.
Satu responden lagi bercerita,
“Sebenernya aku lebih suka masa kecil, tapi kalau aku mengingat masa kecil, aku jadi sedih. Banyak orang yang memandangku sebelah mata, termasuk keluargaku. Aku yang sakit-sakitan. Mungkin kalau aku gak sakit-sakitan aku bisa merasakan kebahagiaan yang lebih dari sekedar yang aku rasakan semasa kecil. Tapi aku tidak justru menyesal dengan kehidupan masa kecil sih, karena banyak perhatian orang tua yang lebih dicurahkan kepadaku”. Kata Yeni, gadis usia 19 tahun yang tinggal di Surabaya.
Faktor Penyebab Terbentuknya Karakter Seorang Anak
Dari fakta diatas, kita ketahui ada faktor dominan yang mempengaruhi tumbuh kembang psikologi anak. Yaitu faktor keluarga, kondisi fisik anak, dan pola asuh orang tua. Kalau kita mau mempelajari, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perlaku dan tumbuh kembang seorang anak selain faktor yang saya sebutkan diatas. Beberapa faktor tersebut berdasarkan fakta dan referensi yang saya ambil adalah :
Faktor Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor dan bakat bawaan yang berbeda setiap orangnya.
Selain itu adalah faktor biologis yang belum bersifat genetik dan berpengaruh pada intelegensi, yaitu faktor gizi dan neurologik. Faktor ini yang berkaitan dengan kondisi fisik anak. Kekurangan nutrisi dan gangguan neurologik pada masa kecil dapat menyebabkan keterbelakangan mental. Studi dari Terman terhadap orang-orang yang memiliki IQ tinggi menunjukkan keunggulan fisik seperti: tinggi, berat, daya tarik dan kesehatan, dibandingkan mereka yang intelegensinya lebih rendah.
Pola Asuh
Pola asuh keluarga turut mengambil peran dalam menentukan terbentuknya psikologi anak. Dengan keterlibatan orang tua, anak akan lebih mudah berkomunikasi dan mengutarakan keinginan dan keluh kesahnya, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang terbuka, jujur, dan lebih percaya diri. Anak yang dibesarkan oleh orang tua yang disiplin cenderung tumbuh menjadi pribadi yang lebih teratur. Keterlibatan orang tua dapat ditunjukkan dengan melakukan aktivitas bersama, seperti bermain, berolahraga, bernyanyi, menemani anak belajar, dll.
Interaksi dengan Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan psikologi anak, menentukan dia menjadi sosok yang ceria atau pemarah, atau kepribadian baik maupun buruk lainnya. Berada pada lingkungan yang baik akan menjadikan anak berperilaku baik dan santun, begitu sebaliknya.
Agama
Pemahaman agama yang disisipkan sejak dini juga menjadi alasan perkembangan anak hingga dewasa. Memberikan dasar-dasar agama sejak dini akan membantu anak untuk tumbuh dengan jiwa yang damai. Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat mendengarkan ucapan-ucapan orang tua, melihat sikap dan perilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah, pengalaman dan meniru ucapan atau perbuatan orang tuanya.
Trauma
Adanya kenangan buruk tentang masa lalu dapat menyebabkan perkembangan psikologi anak terhambat, karena pengaruh sesuatu hal yang menimpa dirinya. Misalnya saja adanya trauma atas kekerasan fisik di masa lalu, sering dibentak, dll.
Dari uraian diatas, dapat kita ambil pelajaran bahwa pola asuh dengan didukung aktor-faktor lainnya, penting untuk diperhatikan dalam perkembangan anak. Karena kemampuan soft skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, kerja sama, menyelesaikan masalah, toleransi, dan sejenisnya yang mulai dibentuk sejak usia dini akan memiliki kontribusi besar dalam mencapai suatu keberhasilan. Seperti saran yang dikemukakan oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kamis (28/5/2015),
"Manfaat pendidikan yang diterima sejak usia dini, seperti pembiasaan baik yang dilakukan secara disiplin oleh pendidik PAUD, akan terbawa hingga dewasa," Secara tidak langsung beliau mengatakan pentingnya pengembangan karakter dan pembiasaan perilaku baik kepada anak sejak usia dini secara disiplin.
Baca Juga;
Salah satu contohnya untuk mendidik anak secara disiplin adalah dengan mengikut sertakan anak dalam pendidikan PAUD, karena pembiasaan perilaku akan terbawa hingga dia dewasa.
Belum ada Komentar untuk "Faktor Penyebab Terbentuknya Karakter Anak"
Posting Komentar