Menyelamatkan Dunia Anak Indonesia Zaman Sekarang
Juni 25, 2018
Tambah Komentar
FaktaAnak.Com- Tragedi zaman sekarang atau zaman now menyita perhatian berbagai kalangan saat ini. Disetiap pencaharian pada media sosial, sangat banyak dijumpai hashtag “zaman now”. Padahal, kata tersebut cenderung berkonotasi negatif dan tidak jarang menjadi bahan olok-olokan.
Anak Zaman Now
Tidak tahu darimana awalnya semua ini, lambat laun hal ini menjadi semacam hiburan tersendiri bagi khalayak. Topik dari pembicaraan ini sangat beragam, mulai dari makanan, orang tua, hingga anak-anak. Dan, lebih mengejutkan lagi, pada hasil pencaharian dengan hashtag “anakzamannow”baik melalu google maupun instagram, hasil yang ditampilkan adalah anak sekolah tawuran, pacaran, hingga anak yang belum masuk sekolah berbicara sperti peran antagonis, membahas cinta, dan sebagainya.
Anak
Anak Zaman Now
Tidak tahu darimana awalnya semua ini, lambat laun hal ini menjadi semacam hiburan tersendiri bagi khalayak. Topik dari pembicaraan ini sangat beragam, mulai dari makanan, orang tua, hingga anak-anak. Dan, lebih mengejutkan lagi, pada hasil pencaharian dengan hashtag “anakzamannow”baik melalu google maupun instagram, hasil yang ditampilkan adalah anak sekolah tawuran, pacaran, hingga anak yang belum masuk sekolah berbicara sperti peran antagonis, membahas cinta, dan sebagainya.
Anak
Anak-anak tidak pernah baik dalam mendengarkan orang yang lebih tua. Namun anak-anak tidak pernah gagal dalam meniru orang yang lebih tua. Demikian seorang penulis terkenal asal Amerika Serikat, James Baldwin menyampaikann.
Walapun kata-kata tersebut sudah ada sejak lama, namun kita masih bisa melihat dan merasakan sendiri keadaannya. Anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum mengalami pubertas. Definisi anak menurut UNICEF adalah penduduk yang berusia 0 – 18 tahun.
Sementara, UU RI No.4 tahun 1979 menjelaskan bahwa, anak adalah mereka yang berusia 21 tahun dan belum menikah. Secara keseluruhan merujuk pada usia skala 0 – 21 tahun. Jika melihat pada pengertian dunia anak, Kak Seto Mulyadi mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan.
Jadi ketika orangtua ingin mengembangkan kecerdasan anak-anaknya maka bimbingan dan pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaknya selaras dengan hal yang menarik perhatian dan menyenangkan.
Selain itu, anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil yang mana mereka memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Jadi dalam menghadapinya memang dibutuhkan kesabaran, pengertian, dan toleransi yang mendalam.
Jika kita melihat pada pencarian di internet dengan kata kunci dunia anak, maka yang akan kita temukan adalah lagu anak-anak zaman dahulu yang penuh dengan lirik menyenangkan dan banyak pelajaran, serta animasi yang sesuai dan mudah untuk dicerna pada umurnya, misalnya seperti lagu abang tukang bakso, belajar membaca, anak gembala, anak ayam, dan masih banyak lainnya. Selain lagu anak-anak, kita juga menjumpai artikel yang beruliskan dunia anak adalah bermain dan belajar, dan hampir semua artikel menuliskan judul bahwa bermain adalah dunia anak.
Siaran Televisi/TV Anak
Beberapa siaran tv dulu menyajikan beberapa siaran anak, seperti Si Bolang, Si Unyil, Koki Cilik, dan tidak ketinggalan tayangan kartun seperti Doraemon, Hamtaro, dan Pokemon yang kebanyakan justru tidak tayang lagi.
Bahkan, Spacetoon menghilang dari siaran terrestrial alias siaran gratis, padahal selain kartun, juga ada pesan untuk anak-anak, lagu anak-anak, dan sebagainya. Berkaca pada 15 tahun lalu, saat saya berumur 4 tahun, banyak tayangan di televisi yang menjadi pembelajaran dirumah, seperti Menggambar Manga, Puisiku, Aku Pintar, dan beberapa tayangan lain seperti Koki Cilik yang menjadi tayangan favorit sehingga membuat saya senang untuk mencontohkan apa yang ditayangkan dan bereksperimen di rumah. Belum lagi, pada saat itu permainan seperti bola batu, monopoli, ular tangga, tali karet, petak umpet, masih menjadi hal yang sangat disenangi sehingga kami bisa berinteraksi langsung dan berkumpul bersama.
Perayaan 17 Agustus Untuk Anak
Tidak ketinggalan dalam hal perayaan hari besar, seperti perayaan 17 Agustus, hari pahlawan, takbiran menyambut hari besar umat Islam, semuanya semarak, begitu pula anak-anak yang dibuatkan seperti panggung tersendiri dan disajikan perlombaan yang memacu semangat untuk bekerjasama dengan teman-teman sebaya, contohnya saja lomba makan kerupuk, memasukkan paku kedalam botol, menangkap belut, hingga balon dangdut, yang mampu membuat suasana perayaan akan lebih terasa sehingga meningkatkan kreativitas dan kekompakkan satu sama lainnya, dari sanalah kita bisa mempelajari arti penting kerjasama, meskipun lewat permainan sederhana.
Kebahagiaan juga terpancar dari kekompakkan para orang tua yang tidak ingin melewatkan kesempatan yang datangnya hanya setahun sekali, sehingga setiap kali ada perayaan hari besar, anak-anak akan diajak berkumpul ke lapangan untuk merayakannya bersama-sama.
Belajar dan Hukuman Untuk Anak
Tak hanya itu, di sekolah pun kami dituntut untuk mampu belajar kelompok, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap kewajiban masing-masing, siswa akan diambil kaus kaki dan sepatunya jika tidak meyesuaikan dengan warna yang sudah ditentukan, hukuman seperti memukul telapak tangan berlaku jika tidak potong kuku, hukuman dicoret mukanya karena tidak menghafal tugas hafalan yang sudah diberikan, dan bersiap-siap jika membawa barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran sekalipun, seperti membawa mainan, apalagi menggunakan kalkulator, orang tua akan dipanggil dan menjadi hal yang paling memalukan di sekolah. Pada saat itu juga, kenakalan murid di sekolah bermacam-macam seperti anak pada umumnya.
Contohnya, ada yang terlambat masuk saat bel masuk berbunyi, pura-pura sakit ketika jam tambahan tiba, kabur saat solat berjama’ah, mengolok-olok teman dengan nama orang tua, hingga tidak membayar jajanan di kantin, dan ternyata hal tersebut mampu diatasi dengan memberikan hukuman yang sewajarnya.
Alhasil, hukuman-hukuman tersebut berhasil mendisiplinkan anak-anak pada saat itu, sebab cukup memberikan efek jera, karena hal tersebut semata-mata bertujuan untuk memberikan pelajaran bahwa seorang siswa memiliki kewajiban yang tidak boleh untuk ditinggalkan.
Dan hal yang paling penting untuk diketahui adalah, pada saat itu, orang tua murid sadar betul bahwa memberikan hukuman juga perlu untuk dilakukan jika langkah preventif sudah tidak berhasil, kesadaran dan kerjasama orang tualah yang menciptakan hasil yang ingin dicapai bersama, seperti visi misi di sekolah pada umumnya, yaitu untuk melahirkan generasi yang cerdas, serta bermoral tinggi di masyarakat.
Menyelamatkan Dunia Anak
Kemudian, masjid-masjid yang ada juga menyediakan tempat belajar mengaji dan kajian agama untuk anak-anak yang notabenenya tidak bersekolah di sekolah yayasan terpadu Agama Islam, orang tua berlomba-lomba memberikan pendidikan agama yang cukup.
Karena, disekolah lebih banyak mempelajari hal-hal yang bersifat umum. Selain itu, pemerintah daerah dulunya juga memberikan semacam bantuan kepada guru honorer yang mengajar di tempat ngaji yang dinamakan dengan tunjangan fungsional, sehingga lebih meringankan orang tua dalam mengeluarkan biaya, serta tersedianya tenaga pengajar untuk di madrasah.
Di tempat mengaji inilah anak-anak dibekali ilmu agama yang lebih daripada di sekolah, akan ada pelajaran Sejarah Islam, Ilmu Fiqih, Tajwid, sampai hafalan-hafalan, tidak lupa didikan subuh setiap hari Minggu untuk mendidik agar anak-anak lebih berani tampil.
Kegiatan seperti Nasyid, Da’i Cilik, dan Kaligrafi juga membuat anak-anak lebih kreatif dalam mendalami pelajaran agama itu sendiri.
Sekarang, mari kita melihat bagaimana kondisi dunia anak Indonesia saat ini. Kembali mencoba pencarian di internet dengan kata kunci “Kondisi Dunia Anak Indonesia Saat Ini” maka hasil yang keluar adalah berbagai macam persentase mengenai kasus-kasus anak, baik yang dilakukan orang tua terhadap anak, hingga kasus yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri.
Contohnya, kasus bullying yang terjadi disekolah-sekolah, tidak hanya itu, KPAI mencatat dalam trend kasus tahunan, anak berhadapan dengan hukum masih menjadi kasus tertinggi di KPAI, yaitu sebanyak 1209 kasus.
Selain itu, kasus bidang keluarga dan pengasuhan alternatif sebanyak 593 kasus, serta kasus pornografi dan cybercrime sebanyak 514 kasus. Sejak tahun 2016, kasus bidang pornografi dan cybercrime jumlah kasusnya meningkat menggantikan posisi bidang pendidikan. Kemudian, pada kasus anak berhadapan dengan hukum, anak sebagai pelaku kekerasan tercatat sebanyak 530 sedangkan anak sebagai korban 477 menurut data dari KPAI. Tidak sampai disitu, kasus baby smoker yang ditemukan.
Di tahun 2010, Komnas Perlindungan Anak memantau ada 5 kasus balita yang kecanduan rokok, dari 5 batang per hari sampai 40 batang per hari. Kasus narkoba, dimana BNN melaporkan 12.848 anak siswa SD di Indonesia terindentifikasi mengkonsumsi Narkoba.
Melihat kualitas dan kuantitas serta semakin kompleksnya permasalahan anak saat ini, terlalu berlebihankah jika kita mengatakan keadaan dunia anak sedang mengalamai kondisi darurat?
Namun itulah faktanya, dan kita tentu tidak bisa terus menerus menutup mata seakan-akan hal tersebut hanyalah isapan jempol belaka. Padahal, melihat persentasi yang mengerikan pada setiap data yang ditemukan, problematika tersebut tampak semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Bahkan, dari semua kasus yang tercatat, hanyalah seperti gunung es yang hanya terlihat ujungnya saja, itu artinya, dari sekian banyak kasus yang ada, hanya sedikit yang terlaporkan, apalagi terselesaikan.
Banyaknya faktor penyebab dari kasus-kasus tersebut menambah daftar panjang tinta hitam peran negara, masyarakat, dan orang tua yang ternyata gagal dalam memenuhi dalam menjaga dan melindungi anak.
Padahal, jika orangtua sebagai wadah pertama dan utama anak dibesarkan, memiliki mental yang siap dan mampu mengajarkan kewajiban dan memenuhi hak-hak anak, pemerintah mampu menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan mulai dari pelajaran umum hingga agama, bisa mengawasi dan menjamin keamanan anak, serta sadar betapa besarnya pengaruh media terhadap anak, kemudian disusul dengan masyarat yang mampu menciptakan lingkungan yang sehat, maka kasus-kasus yang merenggut indahnya dunia anak mampu kita kurangi dan dibasmi bersama. Sehingga, terciptanya anak yang taat agama, berbudi pekerti, berbuda, dan mampu bersaing dengan anak-anak lainnya bukanlah impian semata.
Karena sesungguhnya, anak merupakan aset yang paling berharga bagi keluarga yang akan menjadi pemegang kendali masa depan suatu bangsa dan negara. Jika anak-anak tidak diajarkan, dicontohkan, dan dipenuhi hak-haknya sebagaimana mestinya, maka suatu negara harus siap menanggung beban yang sangat berat dikemudian harinya.
Oleh karena itu, seharusnya semua elemen yang berpengaruh terhadap anak, tidak ada yang bisa menyalahkan pihak satu dengan yang lain, kita semua harusnya memiliki kesadaran dan kemauan untuk bersama-sama mengembalikan dunia anak, karena menyelamatkan anak Indonesia, menyelamatkan generasi bangsa.
Baca Juga;
- Nama Anak Laki-Laki Islam dan Artinya [A-Z]
- Kewajiban Anak dan Orang Tua dalam Islam
- Perkataan Orang Tua Menentukan Motivasi Belajar Anak
Belum ada Komentar untuk "Menyelamatkan Dunia Anak Indonesia Zaman Sekarang"
Posting Komentar