Surat Cinta Untuk Anak [Pengalaman Hidup]
Juni 17, 2018
Tambah Komentar
FaktaAnak.Com- Memberikan serta membagikan tentang kisah-kisah yang menarik kepada seorang anak penting dilakukan oleh orangtua. Kondisi ini disebabkan karena anak dalam keadaan bersih yang perlu stimulasi akan memahami makna kehidupan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan ialah dengan menuliskan Surat Cinta Untuk Anak.
Surat Cinta Untuk Anak
Contoh dalam tulisan Surat Cinta Untuk Anak ini bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman bahwa dalam menjalani kehidupan pada masa kanak-kanak sangatlah menyenangkan karena semua hal dianggap main, begitupun dengan cinta. Cinta? Iya cinta.
Padahal arti cinta dalam pikiran anak kelas 3 sekolah dasar (SD) mungkin sangatlah berbeda dengan cinta yang orang dewasa artikan. Oleh karena itu istilah yang diterapkan pada anak kecil yang pacaran adalah “Cinta Monyet”.
Pacaran pada tahun ‘90an komunikasi tidak semudah yang anak milenial sekarang alami. Zaman sekarang komunikasi bisa lebih intens dengan adanya alat komunikasi modern lengkap dengan berbagai aplikasi yang membuat jarak terasa begitu dekat.
Lalu bagaimana anak ‘90an melakukan komunikasi jika tidak bisa bertemu ? Kita mengatasinya dengan membuat surat, yang disebut Surat Cinta.
Semua insan yang hidup pada tahun tersebut pasti merasakan dan pernah mendapat atau bahkan membuat yang namanya surat cinta. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan tentang kisah surat cinta yang pernah saya dapat. Tak banyak surat cinta yang saya dapat hanya dua jumlahnya, namun keduanya mempunyai kisah yang tak terduga.
Saya mulai dengan kisah surat cinta yang pertama saat saya duduk dikelas 3 SD. Sungguh hal yang membuat saya malu, bingung dan rasa lainnya yang tergambar dalam permen nano-nano. Kenapa malu? Kenapa bingung? Ya karena surta tersebut yang pertama mengetahui keberadaan adalah ibu.
Ceritanya ibu merupakan orang tua yang sangat memperhatikan anaknya terutama dalam hal pendidikan, jadi kegiatan yang rutin dilakukan adalah mengecek isi tas pada waktu pulang sekolah. Sudah dapat ditebakkan ya? Bahwa surat tersebut ada di dalam tas sekolah. Ya benar ada diantara buku-buku pelajaran yang saya bawa.
Saya keheranan karena ibu senyum-senyum setelah mengecek tas, berbeda dengan biasanya yang menanyakan pelajaran, tugas ataupun nilai yang didapat. Tak lama kemudian ibu memberikan secarik kertas yang dilipat berbentuk belah ketupat ganda (ciri khas melipat surat pada saat itu).
Tandatanya besar apakah ini ? Langsung saya ambil dan membaca isi surat tersebut, setelah itu baru saya mengerti kenapa ibu senyum-senyum.
Muka memerah dan bingung mau bilang apa ke ibu saat itu yang dengan tak henti-hentinya tertawa sambil menceritakan hal itu pada ayah. Sebenarnya isi surat cintanya seperti biasa yang saya lupa isi detailnya bagaimana, namun ada penggalan kata yang sampai saat ini saya ingat “Maukah kamu menjadi pacar saya? Kalau kamu nolak cinta saya, saya akan bunuh diri.
Tolong terima cintaku ini.” Kata-kata tersebut yang ditulis oleh anak kelas 6 SD (kakak kelas saya yang memberikan surat cinta tesebut). Hal itulah yang membuat ibu tertawa karena kata-kata tersebut dan mengetahui orang yang memberi surat tersebut. S
telah itu kejadian tersebut ibu selalu menceritakan tentang surat tersebut pada anggota keluarga dan menjadi bahan candaan pada saya ketika kumpul keluarga.
Bagaimana sikap saya menanggapi surat tersebut ? Bukan di balas tapi sya memberikan surat tersebut pada yang memberikan surat tersebut. Anehnya kakak kelas saya juga keheranan karena tidak merasa dan memberi surat tersebut.
Setelah diusut dan diketahuilah bahwa surat tersebut merupakan surat yang ditulis teman kakak kelas saya yang tercantum namanya dalam surat tersebut dengan alasan ingin membantu temannya mengungkapkan perasaan temannya.
Setelah kejadian tersebut membuat saya menjadi melakukan hal yang dilakukan ibu sebelum pulang kerumah, yaitu melihat isi tas. Namun tidak saya alami lagi haltersebut, keran surat kedua saya dapat langsung dari teman bermain orang yang katanya suka dengan saya (anak kecil padahal). Pada saat itu saya duduk di kelas 4 SD sedangkan yang memberi surat telah duduk dikelas 6 SD dan tinggal dikota yang berbeda.
Orang yang memberi surat ini merupakan saudara teman saya yang sedang berlibut dikampung kami. Kami bermain seperti biasa pada awal hari libur, namun pada terakhir libur tiba-tiba teman saya memberikan secarik kertas berwarna merah muda yang dilipat sama persis seperti surat pertama dan bilang ini dari sodara saya.
Saya baca surat tersebut yang isinya adalah kata-kata gombal anak SD pada zamannya.
Pada saat itu sampai sekarang saya memang tidak ingin pacaran apalagi masih kecil. Oleh karena itu, disamping saya tidak bisa membalasnya jadi saya putuskan untuk mengembalikan surat itu melalui saudaranya dan bilang bahwa saya tidak mau pacaran.
Singkat cerita kami kembali sekolah seperti biasa dan teman saya memberikan kertas merah jambu yang sama persis kepada saya. Dia bilang bahwa di menemukan surat itu di gang dekat rumahnya, saya berpikir bahwa surat tersebut dibuang oleh sodara teman saya kerna rasa kecewa (ke GR an ya ? haha tapi itu hal yang paling mungkin).
Kepercayaan saya pada teman saya ini maka saya titipkan surat tersebut padanya, karena apabila dibawa kerumah akan ketahuan ibu dan jika dibuang akan ketahuan oleh yang lain.
Namun nasib surat tersenut tak sampai disana, keteledoran teman saya menyimpan surat di bagian terluar dari tasnya membuat surat tersebut mudah keluar jika kita mengambil barang yang lain. Saat itu kita sedang sekolah agama di sore hari, mengerjakan tugas kelompok membuat kaligrafi, dan surat itu keluar saat teman saya mengeluarkan buku gambar miliknya dan diambil oleh teman lelaki yang lainnya.
Hal tersebut membuat riuh suasana di kelas. Karena teman saya yang mengambil surat tersebut membacakan dengan keras surat tersebut. Rasa marah dan malu membuat saya mengambil surat tersebut dan berlari ke luar kelas menuju tempat pembakaran sampah dan melempar surat tersebut.
Surat seketika menjadi abu terbakar kobaran api, dan semua teman saya menyoraki dan tertawa akan sikap saya. Nasib kedua surat tersebut berakhir tragis ya. Surat pertama kembali jatuh pada tangan yang mengirim dan surat kedua berakhir menjadi abu ditempat pembakaran sampah sekolah agama.
Hal terseut memang lucu untuk diingat dan sampai saat ini saya tetap berhubungan baik dengan pengirim surat pertama karena rumah yang tidak jauh jaraknya. Namun setelah kejadian tersebut sampai sekarang saya belum bertemu lagi dengan pengirim surat kedua yang mungkin belum mengetahui akan nasib surat cinta yang ditulisnya.
Baca Juga;
Demikianlah serangkaian tulisan mengenai berbagai pengalaman berdasarkan Surat Cinta Untuk Anak yang ditulis dan disajikan oleh Mia Munggarani sebagai salah satu Sarjana Pertanian, Universitas Padjadjaran. Trimakasih,
Belum ada Komentar untuk "Surat Cinta Untuk Anak [Pengalaman Hidup]"
Posting Komentar